Sunday, May 29, 2011

ECC THE BRIDGE: Being A Father

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gak kerasa ya, The Bridge kita sudah sampai di penghujung dari bulan Mei, bulan kelima di tahun 2011 ini. Minggu ini kita dilayani oleh Ps. Siany a.k.a. Ci Siany dengan tema “Being a Father”. Sedikit berhubungan dengan khotbah minggu lalu yang ada membahas mengenai kecintaan Tuhan akan HUBUNGAN, minggu ini Ci Siany membahas lebih dalam juga tentang kecintaan Tuhan akan hubungan tersebut dan tentunya mengenai menjadi bapak yang baik. Selamat membaca dan jangan lupa untuk melakukannya. Tuhan memberkati.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semua pasti bermula dari kata tanya ‘apa’. Apa itu PEMBAPAAN? Ci Siany menjelaskan bahwa pembapaan merupakan jeritan roh dari generasi yang tidak memiliki bapak (fatherless). Para pakar psikologis dalam berbagai penelitiannya mengaitkan ketiadaan sosok dan peran bapak dengan beberapa situasi yang dialami anak seperti: drop out, jobless (pengangguran), kemiskinan, kecanduan akan obat, bunuh diri, dan target pelecehan seksual. Hal tersebut membuktikan bahwa peran bapak sangatlah penting. Tanpa seorang bapak, anak-anak akan menjadi liar dan tidak disiplin. Oleh sebab itu pembapaan sangatlah penting untuk ada dalam sebuah gereja. Dan pembapaan di sini berbicara bukan hanya tentang sekedar trend maupun status.
Pembapaan bicara soal keberadaan bapak dan fungsi-fungsinya. Untuk seseorang bisa menjadi bapak, entah itu bapa secara jasmani maupun rohani, sangatlah mudah. Seseorang bisa menjadi bapak jasmani dengan berhubungan intim dengan isterinya dan isterinya tersebut melahirkan seorang anak. Menjadi bapak rohani pun untuk mendapatkan status tersebut tidaklah sulit. Seringkali karena hanya ditunjuk untuk menjadi bapak rohani seseorang atau karena menawarkan diri menjadi bapak rohani seseorang. See? Menjadi seorang bapak tidaklah sulit, tetapi untuk membapai merupakan perkara lain yang sulit dan membutuhkan kasih karunia. Ci Siany kemudian berkata:
“Seorang anak bisa lahir di mana saja. Tetapi untuk anak itu bisa bertumbuh, ia membutuhkan sebuah RUMAH.”

Hal tersebut menjadi pernyataan bahwa lahirnya jiwa bukanlah target utama dari sebuah pergerakan. Lahirnya jiwa merupakan langkah pertama dari adanya pergerakan dan pada akhirnya semuanya ditentukan dari apakah jiwa tersebut bertumbuh atau tidak.

Ulangan 6 : 5-7
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa lahirnya generasi yang lebih baik daripada sebelumnya hanya bisa didapat melalui cara pembapaan. Pertanyaannya adalah: bagaimana cara membapai? Ci Siany menjelaskan bahwa proses pembapaan berawal dari adanya suatu hubungan.

Dan hubungan tersebut dibangun atas dasar rasa ‘saling’, bapak mau membapai dan sang anak mau dibapai. Dalam pembapaan antara bapak dan anak rohani, pada mulanya pasti seringkali akan menemukan banyak awkward moment. Mungkin kalian canggung, kikuk, bingung mau membicarakan apa, ketika bertemu kepala kalian terus mencari-cari topik untuk dibicarakan satu dengan yang lain. Tapi hal tersebut ternyata yang memang paling banyak terjadi di awal hubungan antara bapak rohani dan anaknya. Buat kalian yang sedang dalam tahap ini dengan bapak atau pun anak rohani kalian, tenang saja ya . Percaya bahwa hubungan yang dibangun atas dasar rasa ‘saling’ itu akan terus berkembang. Dan jangan lupa, sebagai bapak, pasti akan ada korban yang harus dilakukan. Bapak harus mengorbankan waktu, jarak, uang, dan kepentingan-kepentingan lain demi investasi untuk masa depan sang anak. Dengan adanya kasih, korban kecil seperti itu bukan menjadi masalah yang besar, bukan?

Mazmur 133 : 1
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!

Ci Siany dalam khotbahnya memberitahukan sesuatu yang menarik. Hal tersebut adalah bahwa Tuhan kita ternyata Tuhan yang sangat mencintai dan concern dengan yang namanya HUBUNGAN. Dalam Mazmur 133 dikatakan bahwa Tuhan memerintahkan adanya hubungan yang rukun (pulih). Tuhan memberkati suatu hubungan yang pulih. Dikarenakan kecintaan-Nya akan hubungan, bahkan Tuhan sampai menuntaskan dua mega proyeknya dengan jalan hubungan.
Proyek besar Tuhan yang pertama adalah PENCIPTAAN MANUSIA. Dalam penciptaan manusia di kitab Kejadian tertulis ketika Tuhan menciptakan seisi bumi ini, Ia melakukannya hanya dengan berfirman saja atau dengan kata lain melalui perkataan saja. Tapi ketika Tuhan dihadapkan dengan penciptaan manusia, Ia menggunakan tangan-Nya dan membuatnya langsung. Ia mengukir setiap lekuk tubuh dan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Tuhan menciptakan manusia dengan hubungan. Dengan kasih. Dengan tindakan.

Yohanes 3 : 18
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Pesan dari ayat tersebut sangat sederhana: jangan cuma ngomong doang! Hubungan bukan dibangun dan tumbuh karena perkataan, tapi karena kasih dan tindakan. Tuhan melahirkan (menciptakan) kita yang luar biasa ini dengan hubungan. Maka kita pun baru dapat melahirkan anak-anak rohani yang luar biasa melalui hubungan. Ci Siany kemudian berkata
Pesan dari ayat tersebut sangat sederhana: jangan cuma ngomong doang! Hubungan bukan dibangun dan tumbuh karena perkataan, tapi karena kasih dan tindakan. Tuhan melahirkan (menciptakan) kita yang luar biasa ini dengan hubungan. Maka kita pun baru dapat melahirkan anak-anak rohani yang luar biasa melalui hubungan. Ci Siany kemudian berkata:
“Seorang pemimpin yang sulit ditemukan selain ketika hari Minggu di ibadah raya, akan sulit melahirkan anak-anak yang luar biasa.”
 
Tentu saja hal itu disebabkan karena suatu hubungan tidak bisa dibangun hanya dengan satu kali pertemuan dan komunikasi dalam satu minggu. Seorang bapak memulai pembapaannya dengan membangun hubungan dan berkorban. Tidak ada jalan lain yang lebih baik dari itu.

Proyek besar dari Tuhan yang kedua adalah PENYELAMATAN. Ketika manusia yang sudah diciptakan oleh-Nya jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak dengan angkuh berkata,”sSiapa yang berdosa? Ayo, kemari bertobat dan mohon pengampunan pada Saya.” Tidak. Tapi Tuhan memilih jalan lain yang super heroik. Iya memilih turun ke bumi menjadi sama dengan manusia dan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Jalan yang Ia ambil adalah jalan hubungan. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa bahkan Tuhan menggunakan jalan berhubungan yang Ia pilih sebagai cara terbaik dalam menyelesaikan dua misi besarnya. Demikian seharusnya kita, anak-anak-Nya, melaksanakan berbagai misi dengan cara yang sama, khususnya dalam pembapaan.

Matius 5 : 23-24 
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahan di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Mezbah berbicara soal pelayanan dan penyembahan. Namun ternyata, buat Tuhan, jauh terlebih penting hubungan daripada kedua hal tersebut. Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa Tuhan menyukai hubungan yang pulih dibandingkan pelayanan dan penyembahan kita. Oleh sebab itu, sebelum melakukan pelayanan dan memberi penyembahan buat Tuhan, perbaiki hubungan kita dulu dengan orang tua kita, keluarga kita, pemimpin kita, anak-anak rohani kita, saudara-saudara kita, teman, orang-orang yang di sekeliling kita, bahkan hubungan dengan Tuhan.
Seperti apakah penginjilan yang efektif? Ci Siany berkata bahwa penginjilan dengan sistem door-to-door bukanlah penginjilan yang Alkitabiah.

Lukas 10 : 7 
Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.

Dalam Lukas 10 tersebut diceritakan ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk menyebarkan injil, Ia meminta murid-murid-Nya bukan untuk mengetuk setiap pintu dan me-lahir baru-kan setiap orang. Tapi Yesus meminta murid-murid-Nya untuk masuk dan tinggal dalam rumah orang yang mereka temukan di kota yang menerima salam mereka, dan ikut makan serta minum dengan orang tersebut. Tinggal, makan, dan minum berbicara soal hubungan. Penginjilan paling efektif dilakukan dengan cara hubungan. Dalam suatu penelitian ditemukan fakta dari keberhasilan dari cara-cara penginjilan, yaitu:
  • Ibadah Raya    : 13%
  • KKR                 : 8%
  • Kesembuhan   : 5%
  • Retreat           : 4%
  • Lain-lain          : 16%
  • Hubungan       : 44%
Wow! Begitu pentingnya untuk membangun sebuah hubungan yang sehat dan rukun, bukan? Hal tersebut bahkan didukung dengan pernyataan Ci Siany yang mengatakan bahwa keberhasilan suatu kepemimpinan 85% bergantung akan kemampuannya untuk membangun hubungan.

Setelah membahas akan pentingnya suatu hubungan yang rukun, khususnya bagi hubungan bapak dan anak rohani, Ci Siany melanjutkan dengan membahas bagaimana caranya untuk menjadi bapak yang baik, yaitu:
 

1.    Mengalami Tuhan secara pribadi dan menjadi dewasa rohani
Ibrani 5 : 12-14
Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Banyak orang ditemukan dalam gereja yang sudah lama lahir baru dan berjemaat, yang seperti dikatakan dalam ayat di atas, jika ditinjau dari sudut waktu seharusnya sudah bisa menjadi pengajar. Namun mereka justru memilih untuk tetap menjadi anak kecil, tidak bertumbuh, dan tidak mau membapai. Padahal menjadi seorang bapak, dikatakan Ci Siany, merupakan panggilan bagi setiap orang Kristen. Semua yang mengenal isi hati Tuhan pasti mengetahui bahwa detak jantung Tuhan  meneriakkan jiwa-jiwa. Dan seharusnya orang yang memiliki keintiman dengan Tuhan pasti memiliki kedewasaan rohani yang semakin lama semakin berkembang.
 

2.    To become a good father, you have to be a good son first
2 Korintus 7 : 2
Berilah tempat bagi kami dalam hati kamu! Kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorang pun, tidak seorang pun yang kami rugikan, dan tidak dari seorang pun kami cari untung.
 
Ayat tersebut berisikan pergumulan dari seorang bapak yang baik terhadap anaknya yang menolaknya. Seringkali banyak anak muda tidak suka diatur. Mereka ingin hidupnya bebas. Berbicara sesukanya, bermain sesukanya, bergaul sesukanya, dan lain-lainnya yang sesukanya. Argumen anak muda yang paling terkenal adalah: “ini hidup saya, suka-suka saya, janganlah kamu ikut campur.” Padahal seorang bapak rohani ada untuk memberitahu mereka jalan mana yang benar dan yang salah. Ia membimbing dan tidak bermaksud untuk mengintervensi kehidupan pribadi siapa pun. Ia melakukannya karena ia mengasihi anak-anak yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan. Tanpa dibayar sepeser pun. Ia melakukannya untuk menegur kita semua yang salah arah sebelum semuanya terlambat. Tidak maukah kita membuka hati kita untuk sesosok bapak ini? Jadilah anak yang baik.

Paulus berkata bahwa kehidupan manusia seperti sebuah pertandingan lari. Dan Ci Siany mengatakan bahwa pertandingan lari yang kita jalani adalah pertandingan lari estafet. Kita berusaha untuk meneruskan tongkat pergerakan dan misi dari generasi di atas kita dan meneruskannya pada generasi di bawah kita. Ada tiga faktor kegagalan dari lari estafet:
 

1.    Orang tersebut keluar dari jalur arena pertandingan
 

2.    Orang tersebut berlari lambat
Ibrani 6 : 12
Agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
 
3.    Orang tersebut tidak menangkap isi hati dan gagal meneruskannya
Ci Siany berkata,”pola pembapaan bicara soal bagaimana memultiplikasikan apa yang orang tua punya kepada anak-anaknya.” Oleh sebab itu, tangkap apa yang menjadi isi hati dari orang tua. We must become a father. Menjadi bapak berarti mendapat tanggung jawab:
 
1.    Melahirkan
Galatia 4 :19
Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
 
2.    Merawat
Kisah Para Rasul 20 : 31
Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan bercucurkan air mata.
 
3.    Membawa pada kesempurnaan Kristus
 
Last words, mari menjadi bapak yang baik bagi generasi ini.

2 comments:

Aerotama Ata said...

penelitian ditemukan fakta dari keberhasilan dari cara-cara penginjilan, yaitu: ibadah raya 13%, KKR 8%,k esembuhan 5%, retreat 4, Lain- lain 16%, hubungan 44%.itu penelitian siapa dan buku apa ya?

Aerotama Ata said...

penelitian ditemukan fakta dari keberhasilan dari cara-cara penginjilan, yaitu: ibadah raya 13%, KKR 8%,k esembuhan 5%, retreat 4, Lain- lain 16%, hubungan 44%.itu penelitian siapa dan buku apa ya?