Sunday, August 9, 2009

ECC Morning Service: The Power of Brokenness

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 
Kehidupan kekristenan bukanlah kehidupan yang penuh canda tawa, menjadi Kristen bukan berarti terbebas dari masalah dan penderitaan, bahkan banyak orang yang mengalami kehancuran dalam hidupnya meskipun dia setia mengikut Yesus, bahkan hamba-hamba Tuhan di Alkitab juga pernah mengalami kehancuran dalam hidupnya. Hari ini kita belajar untuk mengetahui apakah makna kehancuran hidup kita, dan hal indah dibalik itu semua. 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------   
Pelayan Firman: Senior Pastor Nala Widya
THE POWER OF BROKENNESS

MAT 5:4
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”

Alkitab juga menulis mengenai dukacita, bahkan meminta kita untuk berdukacita. Kesedihan yang dimaksud disini bukalah kesedihan yang disebabkan karena kematian atau kehilangan, dukacita yang benar bagi orang Kristen adalah dukacita karena dosa.

Dalam hidup kita harus memiliki satu kebiasaan yaitu kebiasaan untuk menyesal dan mengakui kesalahan, sering kali kita sulit untuk mengakui dan menyesali dosa-dosa kita, kita tidak memiliki dukacita rohani dalam diri.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa tubuh kita semua menyukai perbuatan dosa, menjadi anak Tuhan tidak menghapus keinginan berdosa yang ada dalam tubuh kita.

Bahkan dalam Rom 7: 21–24, Paulus berkata:
“… jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Batinku suka akan hukum Allah, tetapi dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku …”

Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa pergumulan akan dosa dihadapi oleh semua hamba Tuhan, bahkan Paulus juga mengalami hal yang sama, akan selalu ada peperangan dalam hati kita yang harus kita menangkan untuk tidak berbuat dosa, dan walaupun demikian kita semua pasti pernah dan sering berbuat dosa.

Jika kita melihat perjalanan hidup Daud, dia bukanlah orang yang bersih dari dosa, bahkan Alkitab menulis dosanya jauh lebih banyak dari Saul. Daud berzinah dengan Batsyeba yang merupakan istri Uria, bukan hanya itu dia juga melakukan pembunuhan berencana kepada Uria. Hal itu merupakan dosa yang besar, bahkan perzinahan Daud tersebut disebut kembali di Perjanjian Baru. Daud membunuh dan berzinah, Saul tidak melakukan kedua hal tersebut, tetapi kenapa Alkitab menulis, “Aku berkenan kepada Daud.” ?

Hal itu karena Daud adalah orang yang bisa memenangkan hati Tuhan kembali, itulah yang harus kita pelajari. Setiap hari kita berbuat salah, tetapi apakah kita bisa memenangkan hati Tuhan kembali?