Wednesday, February 9, 2011

ECC Morning Service: Promise Land

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan ingin membawa hidup kita dari hidup yang lama, ke hidup yang baru. Sama seperti bangsa Israel yang dibawa dari Mesir ke Tanah Perjanjian. Tanah Perjanjian adalah gambaran dari berkat dan kasih karunia Tuhan untuk bangsa Israel. Ketika mereka berpindah ke Tanah perjanjian, yang dirubah Tuhan dalam bangsa Israel bukan hanya tempat tinggal mereka tetapi juga mentalitas mereka.
Begitu juga dalam kehidupan kita, kehidupan kita juga akan dirubahkan Tuhan dari mentalitas budak kepada mentalitas Tanah Perjanjian . Berkat dan kasih karunia Tuhan akan kita dapatkan setelah mentalitas kita diubahkan oleh Tuhan. 
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelayan Firman: Senior Pastor Nala Widya
PROMISE LAND

Kel 3:7
Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.

Ketika berada di Mesir, bangsa Israel dijadikan budak, mereka disiksa dan dipaksa untuk membangun kota Pitom & Raamses, dua proyek besar dan luar biasa yang dipimpin oleh Musa.  Mereka dipaksa kerja oleh para pengerah Mesir ( mandor ), sehingga mereka bisa membangun 2 kota yang luar biasa modern dan indah pada masanya tersebut.

Meskipun kehidupannya sangat menderita, tetapi pekerjaan yang mereka lakukan menghasilkan suatu karya yang luar biasa, sebagai budak mereka terus dipaksa untuk bekerja oleh para mandor-mandor mesir, oleh karena itu mereka bisa menghasilkan sesuatu yang besar.

Seperti itulah kehidupan seorang budak, budak memiliki ciri sebagai berikut :

1.Budak bekerja untuk orang lain.
Budak tidak bekerja untuk dirinya sendiri, mereka adalah milik orang lain, dan semua hasil kerjanya akan dimiliki oleh majikannya

2. Melakukan segala sesuatu karena takut akan hukuman
Seperti bangsa Israel yang berhasil membuat karya luar biasa di Mesir, setiap budak juga bisa membuat hal-hal yang besar tetapi merekan tidak akan mendapat apap pun dari hasil pekerjaannya tersebut, mereka juga tidak menginginkan hal tersebut, mereka bekerja hanya karena takut akan hukuman.

3. Hidupnya hanya tergantung belas kasihan majikannya.
Budak hanya mendapatkan sesuatu atas belas kasihan majikannya, tanpa belas kasihan majikannya mereka tidak akan makan dan juga istirahat, kelangsungan hidupnya hanya tergantung dengan belas kasihan majikannya.

Seperti itulah kehidupan sebagai budak secara jasmani, mungkin saat ini perbudakan secara jasmani sudah tidak ada lagi, namun perbudakan secara rohani masih sering terjadi.

Jika saat ini hasil pekerjaan kita hanya dinikmati orang lain, atau jika kita hanya melakukan sesuatu karena tekanan atau takut akan hukuman, itu artinya kita masih berada dalam Mesir rohani, kita masih hidup dengan mentalitas budak.

Contoh kehidupan dengan mentalitas budak di Indonesia:

Kehidupan orang di Bandung di masa penjajahan dulu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kehidupan Bansa Israel.

Ketika Indonesia masih berada di bawah jajahan Belanda, Kota Bandung disebut sebagai Paris Van Java, dan jika kita melihat foto-foto Bandung Tempo Dulu, kita dapat mengerti mengapa Bandung medapat julukan demikian, kita bisa melihat bahwa Bandung pada saat itu adalah kota yang indah, bersih dan rapi, selayaknya kota Paris di Prancis.

Salah satu contohnya adalah Pasar Baru, dahulu pasar ini sangatlah rapi dan bersih, tidak ada sampah berserakan dan pedagang yang berjualan tanpa aturan, semuanya tertata rapi, dan penuh aturan.

Hal itu disebabkan karena pada masa itu, di Pasar Baru ada seorang Belanda yang pekerjaannya mengatur kebersihan dan menjaga aturan-aturan yang ada di pasar.  Orang itu memiliki julukan “Meneer Pasar”, setiap hari dia berjalan mengelilingi pasar, dengan membawa pecut, dan setiap kali dia melihat suatu pelanggaran yang terjadi dia langsung memecut orang yang melakukan pelanggaran tersebut.
Itu sebabnya Pasar Baru menjadi bersih dan teratur, karena setiap orang Indonesia yang bekerja dan berbelanja di pasar tersebut sangat takut dengan Meneer Pasar, sehingga mereka semua menaati peraturan yang ada.

Setelah Belanda pergi dari Indonesia, kita semua melihat bagaimana keadaan Pasar Baru yang, kotor dan tanpa aturan, karena tidak ada lagi Meneer Pasar.

Indonesia memang sudah merdeka tetapi rakyatnya tetap memiliki mentalitas budak, yang hanya melakukan sesuatu karena takut akan hukuman. Oleh karena itu ketika Meneer Pasar pergi, aturan-aturan yang sebelumnya sudah berlaku pun ikut pergi.

Tanpa kita sadari mungkin kehidupan Rohani kita saat ini juga masih memiliki mentalitas budak, mungkin kita memang sudah diselamatkan dan merdeka dari kebinasaan, tetapi kehidupan rohani yang masih ada di Padang Gurun.Kita masih memiliki mentalitas budak, dan bukan hidup dengan mentalitas tanah perjanjian.

KEL 3 : 8
Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.

Seperti kita ketahui, setelah keluar dari Mesir bangsa Israel melalui perjalanan yang panjang di padang gurun. Selama di Padang Gurun bangsa Israel memang tidak hidup dibawah jajahan bangsa Mesir lagi, tetapi mereka masih hidup dengan mentalitas yang sama dan kehidupan mereka tidak terlalu berbeda dengan di Mesir.

Kehidupan mereka disupplai sepenuhnya oleh Tuhan, mereka bergantung sepenuhnya pada pemberian Tuhan,

Makanan mereka adalah Manna, yang setiap pagi ketika mereka bangun, sudah berjatuhan dari langit, dan mereka hanya tinggal memakannya, bahkan ketika mereka bosan dengan Manna, Tuhan mengirimkan burung puyuh yang juga berjatuhan dari langit ke perkemahan Bangsa Israel.  Bangsa Israel hanya makan karena Tuhan kirim makanan.

Saat ini masih banyak anak-anak Tuhan yang masih hidup dengan mentalitas padang gurun tersebut, mereka yang hanya menunggu pemberian Tuhan. Jika saat ini mereka belum punya rumah, itu karena Tuhan belum mengirimkan rumah, belum punya pekerjaan, karena Tuhan belum menyediakan pekerjaan, belum mendapat pasangan hidup karena Tuhan belum mengirimkan pasangan hidup, dll.

Mereka tidak berbuat apa-apa dalam kehidupan mereka dan hanya menunggu Tuhan mengirimkan segala yang mereka butuhkan “dari langit”.

Mungkin kita merasa kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang diberkati, tetapi seperti kita ketahui Padang Gurun bukanlah tujuan akhir dalam hidup kita, kehidupan kita tidak boleh selamanya “disuapi” oleh Tuhan, mungkin kita semua pernah berada di tersebut, tetapi kita harus berpindah dari kehidupan tersebut dan masuk ke dalam kehidupan di tanah perjanjian.


Ciri-ciri apa kehidupan di Tanah perjanjian:
TIDAK ADA MANDOR
Di Tanah Perjanjian tidak ada mandor yang akan memecut kita untuk memaksa kita untuk bekerja. Kita harus bisa memaksa diri kita sendiri untuk bekerja keras, dan menghasilkan sesuatu.

Setiap orang yang berhasil adalah orang yang bisa keras terhadap dirinya sendiri, sehingga mereka bisa mengalahkan setiap kemalasan dia, dan terus bekerja. Orang berhasil tidak bekerja karena takut dengan boss, atau karena tekanan-tekanan lain, mereka bekerja untuk memperoleh tujuannya.


KERJA KERAS
Ada tiga hal yang dijanjikan Tuhan ada di tanah Kanaan:

SUSU
Susu menggambarkan ketekunan dan penguasaan diri. Susu sangat berbeda dengan manna, kita tidak akan pernah mendapatkan mata air yang hasilnya susu, juga tidak akan pernah terjadi hujan susu dari langit dimana anda tinggal meminumnya.

Susu adalah produk olahan, untuk mendapatkan susu kita harus memelihara sapi, dan supaya sapi tersebut dapat menghasilkan susu yang baik kita harus memeliharanya dengan baik pula, kita harus memberinya rumput dan air minum dengan kualitas yang baik, sehingga sapi tersebut bisa menghasilkan susu yang baik.

Selain ketekunan  untuk memelihara, untuk mendapatkan susu kita juga membutuhkan penguasaan diri, kita harus dengan sabar menunggu sapi yang kita pelihara untuk tumbuh besar sehingga bisa menghasilkan sapi, kita harus menunggu sapi tersebut tumbuh, kita tidak akan pernah mendapatkan susu, jika ketika kita lapar sapi tersebut langsung kita potong.

Hidup kita pun tidak mungkin berkelimpahan jika kita tidak memiliki penguasaan diri dan segera memotong sapi kita, ketika kita menginginkan sesuatu. Dibutuhkan penguasaan diri untuk menunggu pekerjaan kita menghasilkan sesuatu dan juga penguasaan diri untuk menunggu pekerjaan tersebut bertumbuh dan menghasilkan lebih sesuatu, kita tidak bisa hidup berkelimpahan jika kita selalu “memotong” apa yang kita miliki, tanpa memikirkan masa depan kita.

MADU
Madu menggambarkan hikmat yang kita butuhkan untuk hidup di tanah perjanjian.

Untuk mendapatkan madu kita tidak bisa mengandalkan kekuatan kita, orang sekuat apa pun tidak akan berdaya jika harus melawan ribuan lebah yang ada di dalam kandang. Untuk mendapatkan madu, kita membutuhkan hikmat, kita harus membakar daun-daun kering dan kayu di bawah sarang lebah, sehingga asap dari pembakaran itu mengusir lebah dari kandangnya, dan baru setelah itu kita bisa mengambil madunya.

MUSUH
Tanah perjanjian juga ditinggali oleh musuh, musuh itu menggambarkan iblis yang selalu berusaha untuk mencuri, membunuh dan membinasakan kita. Untuk bisa selamat dari serangan Iblis kita harus terus berdoa, doa akan menyelamatkan kita dari serangan Iblis yang selalu berusaha untuk merampas hasil kerja kita. Kita harus melindungi tanah kita dengan doa, sehingga iblis tidak bisa mengambil hasilnya.

Ketiga hal tersebut yang kita butuhkan untuk hidup di Tanah Perjanjian, Karakter, Hikmat dan Doa

Ketiga hal tersebut menunjukan bahwa Tanah Perjanjian adalah tanah dimana kita harus bekerja, tanah yang dipenuhi oleh susu dan madu, dan bukan tanah yang dipenuhi oleh manna. Tetapi bedanya dengan di Mesir, Tanah Kanaan adalah tanah dimana kita bekerja dan menuai hasilnya.

Marilah kita terus berdoa, supaya tahun ini kita bekerja dan kita menuai hasilnya, marilah kita berdoa supaya pekerjaan kita diberkati, supaya kita mendapat promosi demi promosi di tempat kerja, supaya usaha kita mengalami terobosan-terobosan baru, supaya pelayanan kita menghasilkan jiwa-jiwa baru.

Untuk itu selain bekerja kita juga harus terus melindungi pekerjaan kita dengan doa, karena selalu ada iblis yang berusaha untuk merampok hasil tersebut.

Tuhan ingin kita bekerja, Dia ingin kita berusaha untuk mendapatkan yang kita butuhkan dan inginkan. Tuhan menyediakan kita sarana dan kapasitas tetapi kita sendiri yang harus mengolahnya.


Perbedaan Mentalitas Pekerja di Mesir dan di Tanah Kanaan
Roma 6:18
Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Memang di Mesir dan di Kanaan kita sama-sama bekerja, tetapi dengan mentalitas yang berbeda. Ayat di atas mengatakan setelah kita dimerdekakan dari dosa, kita akan menjadi hamba kebenaran.

Kata hamba dalam ayat di atas, jika diterjemahkan dari bahasa aslinya adalah budak. Artinya kita juga menjadi budak kebenaran. Budak kebenaran adalah orang yang melakukan segala sesuatu karena cinta. Dalam bahasa Ibrani adalah Hineni, yang artinya budak karena cinta.

Orang yang melakukan kebenaran bukan karena takut hukuman tetapi karena dia mencintai Tuhan-nya. Orang yang hidup menjadi budak karena cinta.
.
Orang yang memiliki mentalitas tanah perjanjian akan bekerja karena cinta. Itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di Eropa atau negara maju lainnya.

Orang-orang di negara maju, tidak hidup menaati peraturan karena mereka takut untuk dihukum, mereka menaati peraturan karena mereka mencintai lingkungan dan negara mereka sendiri.

Marilah kita berpindah dari mentalitas budak, menjadi mentalitas tanah perjanjian, menjadi budak bukan karena tekanan atau ketakutan, tetapi menjadi budak karena cinta. Cinta kepada Tuhan kita, kepada keluarga kita, kepada lingkungan kita, juga kepada pekerjaan kita.

1 comment:

myself said...

komen yaa...
pilihan warnanya kurang pas bro.. ;)
terutama buat ayat... (susah kebacanya.. ^^)

mungkin karena backgroundnya gelap kali yaa.. :)
hehehe

after-all,nice blog..
seneng bgt bisa diberkati oleh kotbah2nya ka nala lagi..
(terutama buat mantan anak ECC yg di luar kota.. :P)