Monday, January 21, 2013

ECC THE BRIDGE: GIVING UP RIGHTS


ECC THE BRIDGE: GIVING UP RIGHTS
PELAYAN FIRMAN: KAK NALA (PS. NALA WIDYA)
20 JANUARI 2013

Minggu ini masih diberikan firman seputar tema tahun ini, yaitu “Life Changing”, yang dibawakan oleh senior pastor kita Kak Nala Widya. Dan jangan lupa, minggu depan ibadah masih dua kali, yaitu pukul 7.30 pagi untuk The Bridge dan pukul 10.00 pagi untuk Morning Service. Jangan terlambat ya, karena pertolongan dan berkat Tuhan juga gak pernah terlambat. J

Seperti yang sudah kita semua ketahui, tema besar untuk ECC di tahun 2013 ini adalah “LIFE CHANGING”. Dan bagaimana cara untuk mengetahui bahwa dalam hidup kita sudah ada perubahan? Kak Nala memberikan tiga kunci untuk mencek adanya perubahan dalam hidup kita sepanjang tahun ini. Caranya adalah dengan terus bertanya kepada diri sendiri ketiga pertanyaan ini: Who are we? What we have? Where are we going? Di awal tahun ini, tanyakan ketiga hal tersebut pada diri kita. Siapakah kita? Apakah yang kita miliki? Apakah tujuan kita? Dan tiga pertanyaan  yang sama diajukan lagi kepada diri sendiri di tengah tahun dan akhir tahun. Perubahan yang dari Yesus membawa kita melihat diri sendiri melalui kacamata Yesus, melihat segala potensi yang kita miliki, dan mengetahui arah tujuan (visi dan misi) hidup yang menjadi alasan Tuhan melahirkan kita ke bumi.

KETIKA ADA SATU PRIBADI YANG BERUBAH, MAKA SATU KELUARGA, SATU LINGKUNGAN, SATU GEREJA, BAHKAN SATU KOTA AKAN IKUT MENGALAMI PERUBAHAN

Apakah pemicu sebuah dosa? Kak Nala, pada khotbah kali ini, menyatakan bahwa pemicu dari seorang manusia akhirnya melakukan dosa adalah HAK. Manusia seringkali mempertahankan haknya mati-matian. Hak dianggap sebagai miliknya yang tidak terbantahkan dan tidak boleh diganggu oleh siapapun atau apapun.

Matius 16 : 24
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Yesus sendiri yang menyatakan bahwa ke-Kristenan seseorang tidak dimulai dengan berkat, tapi dimulai dengan MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB. Apakah yang dimaksud dengan menyangkal diri? Kak Nala menyatakan artinya dengan sangat sederhana.

MENYANGKAL DIRI ADALAH MELEPASKAN HAK.

Kedewasaan seorang manusia bisa dilihat dari kemampuannya dalam melepaskan hak. Orang yang cukup dewasa untuk bisa melepaskan haknya adalah orang yang akan hidup dalam kesehariannya penuh dengan damai sejahtera dan sukacita. Mengapa? Karena salah satu sumber dari konflik adalah adanya orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau melepaskan haknya dalam suatu situasi yang menyangkut orang lain juga.

Contoh kasus adalah ketika kita mengantri dalam suatu antrian panjang. Kita mengikuti aturan antrian yang saling menghormati dan tidak menyerobot. Cuaca panas dan orang-orang saling berbicara satu dengan yang lain dan saling mendempet. Akhirnya ujung antrian di depan mulai terlihat dan sampailah giliran orang di depan kita. “Satu lagi…”, kita pikir. Kita sudah begitu gerah dan ingin dengan segera menyelesaikan urusan kita dan pergi dari tempat tersebut. Namun ketika orang di depan kita selesai dengan urusannya dan tinggal selangkah lagi sampai kita memulai urusan kita, tiba-tiba ada seorang ibu dengan wajah berminyak, lipstik merah menyala, blush on dan bedak yang terlalu tebal dengan rambut sasak tinggi dengan wajah tidak mengenal rasa bersalah langsung memotong langkah kita. Dan dia langsung dilayani oleh petugas di belakang meja yang jelas-jelas melihat tindakan menyerobot si ibu namun ia tidak mau ambil pusing untuk menegakkan keadilan dengan meminta si ibu mengantri terlebih dahulu.

Tindakan apa yang akan kita lakukan? Perasaan apa yang akan kita rasakan? Pikiran apa yang akan kita pikirkan? Banyak orang yang cukup berani untuk mempertahankan haknya mungkin akan mengambil tindakan untuk menegur si ibu yang kemungkinannya ada dua, si ibu malu atau malah terjadi pertengkaran. Ada orang yang yang memilih diam saja tapi dengan menyimpan dendam dan rasa amarah dan mulai mencaci maki si ibu dalam pikirannya dan memikirkan hukuman terjahat apa untuk si ibu dalam pikirannya.

Tapi orang yang cukup dewasa dan mengenal Tuhan seharusnya bisa tetap merasakan damai sejahtera dalam hatinya dan memaafkan si ibu dengan tulus serta melepaskan haknya sambil berpikir, ”Yah…tidak apa-apa menunggu satu orang lagi.”

SEMAKIN DEWASA SESEORANG HARUSNYA SEMAKIN BANYAK PELAJARAN YANG IA ALAMI UNTUK BISA LEBIH MUDAH MELEPASKAN HAKNYA

Nah, apa sajakah hak-hak yang seringkali membawa manusia dalam suatu situasi yang penuh konflik dan mengambil damai sejahtera dalam dirinya karena ia tidak mau melepaskan hak tersebut? Kak Nala menyatakan ada lima hak yang manusia sering pertahankan dalam hidupnya.

1.  HAK MEMILIKI
Kejadian 22:2
Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”

Seperti yang sudah kita ketahui, Abraham dan Sara, isterinya, menantikan seorang anak dalam waktu yang lama. Sampai akhirnya Tuhan memberkati mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishak yang lahir di masa tua Abraham dan Sara. Setelah puluhan tahun menunggu keberadaan seorang anak, Abraham akhirnya mendapatkan juga apa yang selama ini ia nanti-nantikan. Tapi suatu hari Allah berbicara kepada Abraham dan memintanya untuk mempersembahkan Ishak untuk Tuhan.

Abraham bisa mempertanyakan hal tersebut. Abraham bisa berdebat melawan permintaan Tuhan. Tapi apa yang Abraham lakukan? Kita semua tahu  bahwa Abraham melepaskan hak miliknya atas Ishak dan taat pada Allah untuk mempersembahkannya pada-Nya. Abraham sadar sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang ia miliki berasal dari Tuhan dan hanya milik Tuhan, termasuk anaknya yang satu-satunya. Karena ia menempatkan diri sebagai pengelola dari apa yang sudah Tuhan berikan padanya, Abraham tidak segan-segan memberikannya kembali pada Tuhan. Bapak semua orang beriman ini sudah lama melepaskan haknya untuk memiliki.

Kejadian 22:16 – 17
Kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.

Melepaskan tidak berarti kehilangan, tapi dalam Tuhan melepaskan berarti adanya berkat baru yang harus kita kelola di bumi ini. J


2.  HAK MENDAPATKAN PRIORITAS
Kejadian 13: 10
Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. – Hal itu terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora. –

Kejadian 13: 12
Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.

Manusia, apalagi di masa kini, sangat menyukai menjadi seorang yang diprioritaskan. Mereka rela membayar harga yang besar demi mendapat layanan yang lebih dan terbaik dan menjadi seorang yang dianggap penting. Marilah kita belajar lagi dari seorang Abraham. Pada kitab Kejadian pasal ketiga belas, dapat dibaca bahwa Abraham dan Lot masing-masing memiliki ternak dan harta yang sangat banyak sampai Tanah Negeb yang waktu itu ditempati mereka sudah tidak cukup luas untuk mereka dapat tinggal bersama-sama (ayat 6). Sempitnya lahan menjadikan perkelahian antara para gembala dari Abraham dengan para gembala dari Lot (ayat 7). Abraham pun memutuskan bahwa ini saatnya untuk ia dan Lot berpisah dan berbagi lahan.

Sebagai orang yang lebih tua, Abraham memiliki otoritas dan itulah yang biasa digunakan manusia untuk mendapatkan prioritas. Seperti dalam kasus ketika kita bertemu dengan kakek kita dan di meja terdapat dua buah roti, satu roti tawar manis dan satu lagi roti isi daging. Sebagai orang yang lebih muda, pasti kita menawarkan terlebih dulu kepada kakek untuk memilih roti mana yang mau dia makan dan biar kita memakan sisanya atau roti yang tidak ia pilih.

Tapi Abraham, sekali lagi, adalah orang yang berbeda. Dapat dilihat di kitab Kejadian pasal 13 pada ayatnya yang ke sembilan. Abraham melepaskan hak prioritasnya dan mempersilahkan Lot untuk memilih lahan terlebih dahulu, yang Lot rasa terbaik untuknya dan segala harta miliknya untuk ditempati. Abraham tidak merasa dirinya harus jadi yang pertama karena ia sadar bahwa Tuhanlah yang terdahulu dan selalu akan menjadi yang pertama.

“IT IS NICE TO BE IMPORTANT, BUT IT IS MORE IMPORTANT TO BE NICE.”

Pada akhir cerita perpisahan Abraham dan Lot ini, pada akhirnya kita tahu bahwa kota Sodom dan Gomora habis dibakar Tuhan dan menghabiskan semua harta Lot serta sebagian besar keluarganya. Hal ini dimulai dari keputusan Lot untuk tidak melepaskan hak prioritasnya dan memilih yang ia rasa lebih baik daripada diberikan untuk Abraham, pamannya. Dan justru tempat yang ia pilih berada dekat dengan Sodom yang membawanya pada petaka pada akhirnya.

Pada akhirnya, kita tidak pernah tahu apa rencana Tuhan. Karena itu biarkanlah Tuhan yang menjadi prioritas kita…


3.  HAK MEMBELA DIRI
2 Samuel 16:5
Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurin, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk.

Untuk hak yang satu ini, kita melihat dari seseorang yang bernama Daud. Kita dapat membaca secara lengkap kisahnya pada kitab 2 Samuel pasal 16 mulai dari ayatnya yang kelima sampai empat belas. Daud dihina dan dikutuk terus menerus oleh Simei, salah satu keluarga Saul, raja Israel terdahulu sebelum Daud. Simei terus menerus menghujani telinga Daud dan semua orang yang ikut dalam perjalanan bersama Daud dengan segala kutuk yang ditujukan langsung kepada Daud. Sampai akhirnya di ayat 9 kita dapat lihat, bukan Daud lah yang melepaskan amarah, namun Abisai, anak Zeruya sambil berkata kepada Daud, “Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.”

2 Samuel 16: 10
Tetapi kata raja: “Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila Tuhan berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?”

2 Samuel 16:12
Mungkin Tuhan akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan Tuhan membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.”

Namun Daud tidak mengabulkan nafsu amarah Abisai dan memilih berdiam diri. Bahkan Daud menganggap bahwa kutukan-kutukan yang meluncur dari seorang Simei itu adalah perintah dari Tuhan untuk menjaga Daud agar ia tetap rendah hati. Daud tidak memilih untuk membela diri atau memberi makan haknya untuk membela diri dengan menunjukkan kekuasaannya dan membunuh Simei. Daud berdiam diri di dalam Tuhan, melepaskan haknya untuk membela diri walaupun ia mampu, dan tidak membiarkan setiap kutuk yang datang padanya merusak kekudusan dirinya di hadapan Tuhan.


4.  HAK MEMBALAS
Roma 12:19 – 20
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah ia makan; jika ia haus, berilah ia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.

Banyak orang terjebak dalam hal ini. Merasa bahwa setiap rasa sakit, baik fisik maupun mental yang ia terima dari seseorang patut berbalik kepada orang tersebut bahkan berkali lipat jauh lebih besar. Hak menuntut balas ini bisa lahir bahkan dalam pikiran seseorang. Ia mulai merencanakan atau bahkan hanya membayangkan hal-hal buruk yang ia ingin terjadi pada seseorang atau sesuatu yang dianggap menjadi sebab kesakitan. Kita merasa mereka pantas menerimanya.

Tapi kembali kepada firman Tuhan. Tidak ada kata pantas pada pembalasan, karena pembalasan adalah hak milik Tuhan. Bukan milik kita. Baiklah kita mengampuni dan menyerahkan hak pembalasan pada Tuhan. Dan biar kita terus berbuat baik, karena dengan berbuat baik justru kita sedang menumpukkan bara api ke atas kepala orang yang menyebabkan kesakitan kita.


5.  HAK UNTUK DILAYANI
Matius 23:11
Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Manusia selalu merasakan kepuasan tersendiri jika ia merasa dilayani. Tapi seseorang yang selalu ingin dilayani dan selalu merasa bahwa memang haknya untuk dilayani dengan baik dan benar ternyata di mata Tuhan adalah orang yang kecil. Untuk menjadi yang terbesar, lepaskanlah hak kita untuk dilayani dan mulailah melayani. Oleh karena dalam melayani, maka mata Tuhan melihat kebesaran kita. J

Jadi, mari kita bersama-sama mulai selalu memaafkan, berbuat baik, dan menolong orang dalam keseharian kita. Katakan “Tidak apa-apa, saya mengerti” kepada pelayan di restoran yang salah mencatat pesanan sehingga makanan yang datang tidak sesuai dengan pesanan kita. Berikan tempat duduk bagi orang-orang yang lebih tua dan perempuan. Memaafkan mereka yang menyerobot kita di lalu lintas dan hampir menyebabkan kecelakaan buat kita, dan putuskanlah untuk bersyukur karena kita terbebas dari celaka tersebut. Dan masih banyak hal-hal kecil yang bisa mulai kita lakukan untuk mempraktekkan firman Tuhan yang disampaikan Kak Nala minggu ini… Selamat mencoba dan biar damai Tuhan beserta kita semua!

No comments: