ECC THE BRIDGE: GIVING
UP RIGHTS
PELAYAN
FIRMAN: KAK NALA (PS. NALA WIDYA)
20 JANUARI 2013
Minggu ini masih diberikan firman seputar tema
tahun ini, yaitu “Life Changing”,
yang dibawakan oleh senior pastor
kita Kak Nala Widya. Dan jangan lupa, minggu depan ibadah masih dua kali, yaitu
pukul 7.30 pagi untuk The Bridge dan pukul
10.00 pagi untuk Morning Service.
Jangan terlambat ya, karena pertolongan dan berkat Tuhan juga gak pernah
terlambat. J
Seperti
yang sudah kita semua ketahui, tema besar untuk ECC di tahun 2013 ini adalah “LIFE CHANGING”. Dan bagaimana
cara untuk mengetahui bahwa dalam hidup kita sudah ada perubahan? Kak Nala
memberikan tiga kunci untuk mencek adanya perubahan dalam hidup kita sepanjang
tahun ini. Caranya adalah dengan terus bertanya kepada diri sendiri ketiga
pertanyaan ini: Who are we?
What we have? Where are we going? Di awal tahun ini, tanyakan ketiga
hal tersebut pada diri kita. Siapakah kita? Apakah yang kita miliki? Apakah
tujuan kita? Dan tiga pertanyaan yang
sama diajukan lagi kepada diri sendiri di tengah tahun dan akhir tahun.
Perubahan yang dari Yesus membawa kita melihat diri sendiri melalui kacamata
Yesus, melihat segala potensi yang kita miliki, dan mengetahui arah tujuan
(visi dan misi) hidup yang menjadi alasan Tuhan melahirkan kita ke bumi.
KETIKA ADA SATU PRIBADI YANG BERUBAH, MAKA SATU KELUARGA, SATU
LINGKUNGAN, SATU GEREJA, BAHKAN SATU KOTA AKAN IKUT MENGALAMI PERUBAHAN
Apakah
pemicu sebuah dosa? Kak Nala, pada khotbah kali ini, menyatakan bahwa pemicu
dari seorang manusia akhirnya melakukan dosa adalah HAK. Manusia
seringkali mempertahankan haknya mati-matian. Hak dianggap sebagai miliknya
yang tidak terbantahkan dan tidak boleh diganggu oleh siapapun atau apapun.
Matius 16 : 24
Lalu Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya:”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Yesus
sendiri yang menyatakan bahwa ke-Kristenan seseorang tidak dimulai dengan
berkat, tapi dimulai dengan MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB. Apakah yang
dimaksud dengan menyangkal diri? Kak Nala menyatakan artinya dengan sangat
sederhana.
MENYANGKAL DIRI ADALAH MELEPASKAN HAK.
Kedewasaan
seorang manusia bisa dilihat dari kemampuannya dalam melepaskan hak. Orang yang
cukup dewasa untuk bisa melepaskan haknya adalah orang yang akan hidup dalam
kesehariannya penuh dengan damai sejahtera dan sukacita. Mengapa? Karena salah
satu sumber dari konflik adalah adanya orang-orang yang tidak mampu dan tidak
mau melepaskan haknya dalam suatu situasi yang menyangkut orang lain juga.
Contoh
kasus adalah ketika kita mengantri dalam suatu antrian panjang. Kita mengikuti
aturan antrian yang saling menghormati dan tidak menyerobot. Cuaca panas dan orang-orang
saling berbicara satu dengan yang lain dan saling mendempet. Akhirnya ujung
antrian di depan mulai terlihat dan sampailah giliran orang di depan kita. “Satu
lagi…”, kita pikir. Kita sudah begitu gerah dan ingin dengan segera
menyelesaikan urusan kita dan pergi dari tempat tersebut. Namun ketika orang di
depan kita selesai dengan urusannya dan tinggal selangkah lagi sampai kita
memulai urusan kita, tiba-tiba ada seorang ibu dengan wajah berminyak, lipstik
merah menyala, blush on dan bedak
yang terlalu tebal dengan rambut sasak tinggi dengan wajah tidak mengenal rasa
bersalah langsung memotong langkah kita. Dan dia langsung dilayani oleh petugas
di belakang meja yang jelas-jelas melihat tindakan menyerobot si ibu namun ia
tidak mau ambil pusing untuk menegakkan keadilan dengan meminta si ibu
mengantri terlebih dahulu.
Tindakan
apa yang akan kita lakukan? Perasaan apa yang akan kita rasakan? Pikiran apa
yang akan kita pikirkan? Banyak orang yang cukup berani untuk mempertahankan
haknya mungkin akan mengambil tindakan untuk menegur si ibu yang kemungkinannya
ada dua, si ibu malu atau malah terjadi pertengkaran. Ada orang yang yang
memilih diam saja tapi dengan menyimpan dendam dan rasa amarah dan mulai
mencaci maki si ibu dalam pikirannya dan memikirkan hukuman terjahat apa untuk
si ibu dalam pikirannya.
Tapi
orang yang cukup dewasa dan mengenal Tuhan seharusnya bisa tetap merasakan
damai sejahtera dalam hatinya dan memaafkan si ibu dengan tulus serta
melepaskan haknya sambil berpikir, ”Yah…tidak apa-apa menunggu satu orang lagi.”
SEMAKIN DEWASA SESEORANG HARUSNYA SEMAKIN BANYAK PELAJARAN YANG IA ALAMI
UNTUK BISA LEBIH MUDAH MELEPASKAN HAKNYA
Nah,
apa sajakah hak-hak yang seringkali membawa manusia dalam suatu situasi yang
penuh konflik dan mengambil damai sejahtera dalam dirinya karena ia tidak mau
melepaskan hak tersebut? Kak Nala menyatakan ada lima hak yang manusia sering
pertahankan dalam hidupnya.
1. HAK MEMILIKI
Kejadian 22:2
Firman-Nya: “Ambillah
anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah
Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung
yang akan Kukatakan kepadamu.”
Seperti yang sudah kita
ketahui, Abraham dan Sara, isterinya, menantikan seorang anak dalam waktu yang
lama. Sampai akhirnya Tuhan memberkati mereka seorang anak laki-laki yang diberi
nama Ishak yang lahir di masa tua Abraham dan Sara. Setelah puluhan tahun
menunggu keberadaan seorang anak, Abraham akhirnya mendapatkan juga apa yang
selama ini ia nanti-nantikan. Tapi suatu hari Allah berbicara kepada Abraham
dan memintanya untuk mempersembahkan Ishak untuk Tuhan.
Abraham bisa mempertanyakan
hal tersebut. Abraham bisa berdebat melawan permintaan Tuhan. Tapi apa yang
Abraham lakukan? Kita semua tahu bahwa
Abraham melepaskan hak miliknya atas Ishak dan taat pada Allah untuk
mempersembahkannya pada-Nya. Abraham sadar sepenuhnya bahwa segala sesuatu yang
ia miliki berasal dari Tuhan dan hanya milik Tuhan, termasuk anaknya yang
satu-satunya. Karena ia menempatkan diri sebagai pengelola dari apa yang sudah
Tuhan berikan padanya, Abraham tidak segan-segan memberikannya kembali pada
Tuhan. Bapak semua orang beriman ini sudah lama melepaskan haknya untuk
memiliki.
Kejadian 22:16 – 17
Kata-Nya: “Aku
bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan -: Karena engkau
telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu
yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan
membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir
di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
Melepaskan tidak berarti
kehilangan, tapi dalam Tuhan melepaskan berarti adanya berkat baru yang harus
kita kelola di bumi ini. J
2. HAK
MENDAPATKAN PRIORITAS
Kejadian 13: 10
Lalu Lot
melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak
airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. – Hal itu
terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora. –
Kejadian 13: 12
Abram menetap
di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di
dekat Sodom.
Manusia, apalagi di masa kini,
sangat menyukai menjadi seorang yang diprioritaskan. Mereka rela membayar harga
yang besar demi mendapat layanan yang lebih dan terbaik dan menjadi seorang
yang dianggap penting. Marilah kita belajar lagi dari seorang Abraham. Pada
kitab Kejadian pasal ketiga belas, dapat dibaca bahwa Abraham dan Lot
masing-masing memiliki ternak dan harta yang sangat banyak sampai Tanah Negeb
yang waktu itu ditempati mereka sudah tidak cukup luas untuk mereka dapat
tinggal bersama-sama (ayat 6). Sempitnya lahan menjadikan perkelahian antara
para gembala dari Abraham dengan para gembala dari Lot (ayat 7). Abraham pun
memutuskan bahwa ini saatnya untuk ia dan Lot berpisah dan berbagi lahan.
Sebagai orang yang lebih tua,
Abraham memiliki otoritas dan itulah yang biasa digunakan manusia untuk
mendapatkan prioritas. Seperti dalam kasus ketika kita bertemu dengan kakek
kita dan di meja terdapat dua buah roti, satu roti tawar manis dan satu lagi
roti isi daging. Sebagai orang yang lebih muda, pasti kita menawarkan terlebih
dulu kepada kakek untuk memilih roti mana yang mau dia makan dan biar kita
memakan sisanya atau roti yang tidak ia pilih.
Tapi Abraham, sekali lagi,
adalah orang yang berbeda. Dapat dilihat di kitab Kejadian pasal 13 pada
ayatnya yang ke sembilan. Abraham melepaskan hak prioritasnya dan
mempersilahkan Lot untuk memilih lahan terlebih dahulu, yang Lot rasa terbaik
untuknya dan segala harta miliknya untuk ditempati. Abraham tidak merasa
dirinya harus jadi yang pertama karena ia sadar bahwa Tuhanlah yang terdahulu
dan selalu akan menjadi yang pertama.
“IT IS NICE
TO BE IMPORTANT, BUT IT IS MORE IMPORTANT TO BE NICE.”
Pada akhir cerita perpisahan
Abraham dan Lot ini, pada akhirnya kita tahu bahwa kota Sodom dan Gomora habis
dibakar Tuhan dan menghabiskan semua harta Lot serta sebagian besar
keluarganya. Hal ini dimulai dari keputusan Lot untuk tidak melepaskan hak
prioritasnya dan memilih yang ia rasa lebih baik daripada diberikan untuk
Abraham, pamannya. Dan justru tempat yang ia pilih berada dekat dengan Sodom
yang membawanya pada petaka pada akhirnya.
Pada akhirnya, kita tidak
pernah tahu apa rencana Tuhan. Karena itu biarkanlah Tuhan yang menjadi
prioritas kita…
3. HAK MEMBELA
DIRI
2 Samuel 16:5
Ketika raja
Daud telah sampai ke Bahurin, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga
Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus
mengutuk.
Untuk hak yang satu ini, kita
melihat dari seseorang yang bernama Daud. Kita dapat membaca secara lengkap
kisahnya pada kitab 2 Samuel pasal 16 mulai dari ayatnya yang kelima sampai
empat belas. Daud dihina dan dikutuk terus menerus oleh Simei, salah satu
keluarga Saul, raja Israel terdahulu sebelum Daud. Simei terus menerus
menghujani telinga Daud dan semua orang yang ikut dalam perjalanan bersama Daud
dengan segala kutuk yang ditujukan langsung kepada Daud. Sampai akhirnya di
ayat 9 kita dapat lihat, bukan Daud lah yang melepaskan amarah, namun Abisai,
anak Zeruya sambil berkata kepada Daud, “Mengapa anjing mati ini mengutuki
tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.”
2 Samuel 16: 10
Tetapi kata
raja: “Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk!
Sebab apabila Tuhan berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan
bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?”
2 Samuel 16:12
Mungkin Tuhan
akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan Tuhan membalas yang baik kepadaku
sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.”
Namun Daud tidak mengabulkan
nafsu amarah Abisai dan memilih berdiam diri. Bahkan Daud menganggap bahwa
kutukan-kutukan yang meluncur dari seorang Simei itu adalah perintah dari Tuhan
untuk menjaga Daud agar ia tetap rendah hati. Daud tidak memilih untuk membela
diri atau memberi makan haknya untuk membela diri dengan menunjukkan
kekuasaannya dan membunuh Simei. Daud berdiam diri di dalam Tuhan, melepaskan
haknya untuk membela diri walaupun ia mampu, dan tidak membiarkan setiap kutuk
yang datang padanya merusak kekudusan dirinya di hadapan Tuhan.
4. HAK MEMBALAS
Roma 12:19 – 20
Saudara-saudaraku
yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat
kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah
yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah
ia makan; jika ia haus, berilah ia minum! Dengan berbuat demikian kamu
menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Banyak orang terjebak dalam
hal ini. Merasa bahwa setiap rasa sakit, baik fisik maupun mental yang ia terima
dari seseorang patut berbalik kepada orang tersebut bahkan berkali lipat jauh
lebih besar. Hak menuntut balas ini bisa lahir bahkan dalam pikiran seseorang.
Ia mulai merencanakan atau bahkan hanya membayangkan hal-hal buruk yang ia
ingin terjadi pada seseorang atau sesuatu yang dianggap menjadi sebab
kesakitan. Kita merasa mereka pantas menerimanya.
Tapi kembali kepada firman
Tuhan. Tidak ada kata pantas pada pembalasan, karena pembalasan adalah hak
milik Tuhan. Bukan milik kita. Baiklah kita mengampuni dan menyerahkan hak
pembalasan pada Tuhan. Dan biar kita terus berbuat baik, karena dengan berbuat
baik justru kita sedang menumpukkan bara api ke atas kepala orang yang
menyebabkan kesakitan kita.
5. HAK UNTUK
DILAYANI
Matius 23:11
Barangsiapa
terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Manusia selalu merasakan
kepuasan tersendiri jika ia merasa dilayani. Tapi seseorang yang selalu ingin
dilayani dan selalu merasa bahwa memang haknya untuk dilayani dengan baik dan
benar ternyata di mata Tuhan adalah orang yang kecil. Untuk menjadi yang
terbesar, lepaskanlah hak kita untuk dilayani dan mulailah melayani. Oleh
karena dalam melayani, maka mata Tuhan melihat kebesaran kita. J
Jadi, mari kita bersama-sama mulai selalu
memaafkan, berbuat baik, dan menolong orang dalam keseharian kita. Katakan “Tidak
apa-apa, saya mengerti” kepada pelayan di restoran yang salah mencatat pesanan
sehingga makanan yang datang tidak sesuai dengan pesanan kita. Berikan tempat
duduk bagi orang-orang yang lebih tua dan perempuan. Memaafkan mereka yang
menyerobot kita di lalu lintas dan hampir menyebabkan kecelakaan buat kita, dan
putuskanlah untuk bersyukur karena kita terbebas dari celaka tersebut. Dan
masih banyak hal-hal kecil yang bisa mulai kita lakukan untuk mempraktekkan
firman Tuhan yang disampaikan Kak Nala minggu ini… Selamat mencoba dan biar
damai Tuhan beserta kita semua!
No comments:
Post a Comment