ECC THE BRIDGE: THE QUALITY OF LIFE (PART
II)
PELAYAN
FIRMAN: KAK NALA (PS. NALA WIDYA)
20 MEI 2012
Halo, The Bridge! Minggu ini kita kembali mendengar khotbah yang dibawakan
oleh our beloved senior pastor, Pastor Nala
Widya. Firman kali ini pas banget buat kalian yang merasa hidupnya ingin lebih
memberkati banyak orang dan menjadi garam yang sebenarnya bagi dunia. Gak
sabar? Hayu dibaca....!
Apa itu penjangkauan?
Penjangkauan berbicara bukan tentang penambahan jumlah anggota. Tapi penjangkauan berbicara tentang
membawa perubahan dalam dan bagi hidup seseorang. Harian The New
York Times pernah mengeluarkan sebuah tulisan dalam artikelnya yang
menyatakan bahwa pada umumnya orang-orang yang beragama Kristen itu miskin,
tidak berpendidikan, dan naif *wow. Kak Nala berkata bahwa tulisan tersebut sebenarnya
mengungkapkan pandangan
dunia terhadap anak-anak Tuhan. Nah, karena itu kita sebagai anak-anak Tuhan harus keluar dari ketiga
hal tersebut dan membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak salah.
Pengkhotbah 9 : 14 – 16
Ada sebuah kota
yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang,
mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;
di situ terdapat seorang miskin yang berhikma, dengan hikmatnya ia menyelamatkan
kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu. Kataku: “Hikmat
lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan
perkataannya tidak didengar orang.”
Dalam hidup manusia harus
terdapat transformasi. Transformasi tersebut harus membawa seseorang semakin
berkembang dalam kualitas.
ABILITY
ATTRACT ABILITY
Prinsip tersebut lah yang
membuat orang miskin tidak didengar. Miskin di sini bisa berati miskin secara
ekonomi atau tidak punya apa-apa, bisa juga berarti bernasib malang. “Tidak
punya apa-apa” memiliki penjelasan tidak bisa memberkati. Sedangkan “malang”
adalah kaya atau berada namun bernasib malang (pathetic). Bertransformasilah
terus dalam kualitas agar kita didengar oleh orang lain!
1 Raja-raja 10 : 4 – 5
Ketika ratu negeri
Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan
di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan
berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah
Tuhan, maka tercenganglah ratu itu.
Dalam ayat tersebut
diungkapkan sudut pandang dunia dalam melihat anak-anak Tuhan (Salomo) yang
diwakili oleh Ratu Syeba. Kak Nala pun lalu menjabarkannya dalam beberapa poin,
yakni:
1.
HIKMAT
Ayub 12 : 12
Konon hikmat ada
pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.
Hikmat berbicara mengenai knowledge & understanding. Pengetahuan (knowledge) bisa didapat dari pendidikan
namun understanding hanya bisa
didapat dari kedewasaan (maturity). Apa
itu pengertian atau understanding?
Pengertian adalah kemampuan membaca siatuasi dan mengambil keputusan yang
tepat. Kata “tua” dalam ayat yang ditulis Ayub tersebut bukan mengenai jumlah
umur tetapi soal kedewasaan (penguasaan diri).
Hikmat yang sebenarnya didapat dari
persekutuan dengan Tuhan yang intim, membaca firman Tuhan, serta persekutuan
dengan saudara-sudara seiman. Jadi dapat disimpulkan bahwa hikmat ada pada orang yang memiliki
KEDEWASAAN ROHANI.
2.
RUMAH
Rumah berhubungan erat dengan KARAKTER serta KEPRIBADIAN seseorang. Karakter berbicara lebih keras dari kata-kata yang keluar dari mulut. Tapi tidak ada gunanya juga memoles
rumah kita sedemikian rupa tanpa membentuk karakter yang lebih baik lagi. Jadi,
kejarlah terus karakter yang benar, bukan rumahnya! Karakter yang baik akan
membentuk rumah yang baik juga.
3.
MAKANAN
Bicara soal makanan pasti berhubungan
dengan yang namanya KEMAKMURAN dan KESEHATAN. Makanan yang berada di atas meja kita menunjukkan seberapa
diberkatinya kita. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa orang miskin
perkataannya tidak didengar, karena itu kita tidak lahir ditakdirkan Tuhan
menjadi miskin. Lakukan bagian kita dengan maksimal dan Tuhan akan terus
memberkati kita.
4.
CARA DUDUK
Poin yang satu ini berbicara mengenai
etika dan sopan santun. Nilai-nilai firman Tuhan pasti mengajarkan kita untuk
selalu menjaga sopan santun kita kepada semua orang. Janganlah melupakan nilai-nilai
etika dan sopan santun! Karena ternyata dunia memperhatikan hal ini.
5.
PELAYANAN (bukan di ministry)
Pelayanan pada poin ini bukan
mengenai pelayanan di gereja, namun tentang memberikan excellent service. Untuk menjadi
yang terbaik, kita harus selalu memberikan pelayanan (pekerjaan) yang terbaik
dan excellent. Tunjukkan pada dunia
bahwa anak-anak Tuhan dapat sukses di marketplace!
6.
MINUMAN
Minuman yang disuguhkan berbicara
tentang KEMURAHAN HATI. Biasanya dalam sebuah jamuan, si
tuan rumah atau yang punya hajat memberikan anggur yang terbaik di awal dan
sisa-sisa yang kurang baik di akhir acara jamuan. Ada yang ingat cerita ketika
Yesus mengubah air menjadi anggur? Salah seorang tamu merasa takjub dan memuji
si tuan rumah karena sampai akhir ia terus menyuguhkan anggur yang baik. Karena
itu mengapa pemberian minuman yang terbaik berbicara mengenai kemurahan hati
kita terhadap orang-orang.
7.
PENYEMBAHAN
Penyembahan terdapat pada poin
ketujuh yang sekaligus merupakan poin terakhir. Ratu Syeba melihat penyembahan
yang dilakukan Salomo itu belakangan. Ia memperhatikan terlebih dahulu
poin-poin pertama sampai enam. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dunia
tidak melihat ibadah kita pertama, namun belakangan. Dunia melihat HIKMAT dan
KARAKTER di tempat utama.
Firman yang singkat namun
padat ya! Milikilah kualitas-kualitas tersebut di atas. Bukan soal mana yang
lebih penting dan mana yang kurang penting ataupun mana yang lebih diperhatikan
dan mana yang tidak diperhatikan, tpi jadi seimbanglah dan tingkatkan ketujuh
aspek hisup tersebut dalam hidup kita. Niscaya hidup kita akan terus
berkelimpahan dan berbuah! Amin. J
No comments:
Post a Comment