Monday, November 26, 2012

ECC THE BRIDGE: SERVANTHOOD


ECC THE BRIDGE: SERVANTHOOD
PELAYAN FIRMAN: KAK ESSLY (PS. ESSLY THE HARSANTO)
25 NOVEMBER 2012

Sebelumnya penulis hendak meminta maaf karena ketiadaan ringkasan khotbah minggu lalu, tanggal 18 November 2012. Tapi untuk minggu ini ringkasan khotbah sudah kembali dan semoga bisa melegakan rasa dahaga kalian semua akan firman Tuhan. Khotbah minggu ini dibawakan oleh Kak Essly dengan tema pelayanan seperti tema khotbah satu bulan ini. Selamat membaca! J

Sebagai jemaat gereja ECC, terdapat tiga DNA yang selalu Kak Nala tekankan dan berikan kepada kita semua. Ketiga DNA tersebut adalah prinsip FATHERHOOD, BROTHERHOOD, dan SERVANTHOOD. Dan untuk khotbah kali ini, tentunya Kak Essly akan membahas salah satu dari ketiga DNA tersebut, yaitu SERVANTHOOD.

Matius 20 : 25 – 28
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Tujuan Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan adalah UNTUK MELAYANI. Banyak orang menilai kesuksesan dan kebesaran dari seberapa banyak orang yang melayani dirinya. Tapi Yesus datang dan menyatakan bahwa jika seseorang hendak menjadi besar dan terkemuka, haruslah ia menjadi seorang HAMBA yang melayani. Dalam ayat tersebut tidak dikatakan bahwa adalah dosa jika seorang manusia menginginkan kebesaran maupun kesohoran diri. Tidak ada yang salah dengan keinginan menjadi sukses ataupun besar di masa depan karena Tuhan sendiri adalah Tuhan yang Besar.

GOD IS NOT AGAINST GREATNESS BUT GOD CONCERN ABOUT HOW WE ACHIEVE GREATNESS!!

Cara yang Tuhan inginkan untuk seseorang ambil supaya ia menjadi sukses dan besar adalah dengan MENJADI HAMBA atau dengan MELAYANI.


Ada satu impian maupun mimpi terbesar dari Kak Essly, yaitu adalah ketika suatu hari ia bertemu dengan Bapa si Surga, Kak Essly ingin agar Bapa di Surga berkata hal seperti ini kepadanya: Well done, my good and faithful servant. Hal tersebutlah yang seharusnya menjadi impian dari setiap kita juga. Jangan berharap dengan sebutan status kita di bumi karena hal tersebut tidak ada (contoh: “well done, my good and faithful worship leader” atau “well done, my good and faithful businessman”, etc). Tuhan tidak menginginkan status pekerjaan kita secara rinci. Tuhan menginginkan kita menjadi HAMBA. Karena itulah seharusnya kita mengejar kebesaran di Surga dengan pujian yang langsung dari Tuhan kepada kita sebagai hamba yang baik dan setia. Jadikan kalimat pujian Tuhan kepada hamba-Nya tersebut untuk menjadi tujuan dalam hidup kita. J

SERVANTHOOD IS NOT ABOUT DOING SERVICE, IT IS ABOUT THE ATTITUDE OF THE HEART

Seringkali manusia terjebak dengan yang namanya PERBUATAN. Seperti dalam kisah di Alkitab mengenai Anak Sulung dan Anak Bungsu. Sebagian besar dari kita ketika membaca sendiri berpendapat bahwa si Kakak Sulung lah yang baik dan si Anak Bungsu lah yang buruk kelakuannya. Kita melihat dan menilai mereka dari perbuatan. Bahwa si Sulung yang memilih setia kepada Bapaknya yang baik dan si Bungsu yang meminta harta warisan dan berfoya-foya adalah yang buruk. Tapi apa yang terjadi di akhir cerita tersebut? Si Bungsu kembali ke rumah Bapaknya dan diterima dengan penuh sukacita. Sedangkan si Sulung merasa cemburu dan menuntut keadilan dari Ayahnya tersebut. Namun sang Ayah tersebut menerima si Bungsu dengan penuh kasih dan menolak untuk mewujudkan keinginan si Sulung yang sepertinya menginginkan pembatalah pesta kembalinya si Bungsu. Mata manusia melihat hal tersebut mungkin sebagai salah satu tindakan yang tidak adil dari si Ayah. Namun Bapak dalam cerita tersebut adalah representasi dari Bapa di Surga. IA TIDAK MELIHAT PERBUATAN. Sang Ayah tidak menilai semua perbuatan buruk yang dilakukan si Bungsu dan tidak memperhitungkan juga perbuatan baik yang sudah dikerjakan si Sulung. TUHAN MELIHAT HATI KEDUANYA.

Banyak orang melakukan pelayanan tidak dengan hati yang tulus mau melayani. Mungkin saja anak Sulung selama ini perbuatannya melayani ayahnya namun hatinya mengharapkan imbalan jasa yang besar sehingga hatinya tidak tulus dan diisi oleh kecemburuan. Padahal sang Ayah pada akhirnya berkata bahwa segala kepunyaan-Nya adalah miliki si Sulung juga. Namun anak Sulung terjebak dengan perbuatan dan pemikirannya sendiri yang tidak tulus mau melayani ayahnya karena kasih, sehingga ia tidak menyadari hal tersebut.

Kak Essly pun menyatakan bahwa terdapat dua prinsip penting dalam hal melayani, yang pertama adalah SIAPA YANG KITA KASIHI, DIALAH YANG KITA LAYANI. Menjadi seorang Kristen bukan hanya dengan tertulis di KTP saja, inti dari menjadi seorang Kristen adalah MENGASIHI TUHAN. Dan perwujudan dari kasih kepada Tuhan adalah dengan MELAYANI.

YOU ARE NOT TRULY CHRISTIAN IF YOU SAY THAT YOU LOVE GOD BUT NOT SERVING HIM

Pelayanan adalah sebuah ekspresi natural dari kasih. Seperti seseorang yang sedang jatuh cinta, ia rela melakukan dan membantu apa saja bagi orang yang dicintainya. Itulah pelayanan. Seorang manusia bisa begitu tergila-gila terhadap manusia lain sehingga rela melakukan berbagai hal yang luar biasa atau bahkan tidak masuk akal agar lawan jeninsnya bahagia. Mengapa kita tidak bisa merasakan hal yang lebih besar terhadap Tuhan kita? Tidak harus dengan pelayanan secara spesifik di gereja, tapi lakukanlah pelayanan di setiap apapun yang kita lakukan. Kerjakan tugas-tugas kuliah atau kantor dengan sikap hamba yang melayani seperti untuk Tuhan, lakukan pekerjaan di rumah dengan penuh kasih kepada Tuhan, dsb.

MENGASIHI TUHAN à MELAYANI TUHAN

Mungkin banyak juga yang merasa bahwa ia ingin pelayanan yang sesuai dengan talentanya dengan alasan agar pelayanannya lebih maksimal dan bisa memberkati lebih dengan kemampuannya. Hal itu tidak salah. Tapi MELAYANI TUHAN BUKAN HANYA MENGENAI TALENTA, MELAYANI TUHAN ADALAH MENGENAI KUASA YANG DIBERIKAN TUHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAYANI. Ambillah dan lakukanlah pelayanan di tempat di mana Tuhan mau kita berada. Kita ada di sini sekarang bukanlah sebuah kebetulan. Ada rencana Tuhan di sana. Dan walaupun kita tidak merasa memiliki kemampuan lebih di bidang yang Tuhan mau kita layani, tapi lakukanlah untuk Tuhan.

Terdapat kisah pengalaman pribadi nyata dari seorang pembantu pria yang bekerja di rumah seorang bos besar suatu perusahaan di Indonesia. Ia sudah bekerja untuk bosnya selama lima tahun dengan memberikan selalu yang terbaik. Melihat pekerjaan pembantunya yang begitu baik, sang Bos begitu tersanjung dan suatu hari memanggil si pembantu pria ini dan menanyakan apa sebenarnya keinginannya dan cita-citanya dalam hidup ini. Si pembantu pria akhirnya menyatakan bahwa keinginan terbesarnya sejak ia masih kecil adalah untuk menjadi seorang satpam. Sang Bos yang begitu terkagum akan cara kerja si pembantu, dalam singkat cerita, akhirnya mewujudkan keinginan si pembantu pria tersebut yang sekarang diangkat menjadi pemimpin atau kepala satpam di perusahaan yang dipimpin Bosnya.

Prinsip yang sama terjadi pada pria tersebut bekerja juga dalam kehidupan kita yang melayani Tuhan sebagai Bos besar kita. Banyak dorongan bagi manusia untuk bekerja maksimal di pekerjaannya seperti uang, keluarga, anak, materi, rumah, dsb. Jika hal-hal fana seperti itu bisa mendorong manusia bekerja di luar batas kemampuannya dan memberikan lebih, maka dorongan yang kita miliki sebagai anak Tuhan seharusnya lebih besar karena kita mendapatkan KUASA dari Tuhan kita sendiri! Ambillah pelayanan di mana kita dibutuhkan, lakukanlah dengan maksimal tanpa keluh kesah, dan Tuhan akan memberikan sendiri jawaban doa kita dengan cara-Nya yang unik dan luar biasa.

Di Alkitab terdapat catatan kehidupan Yesus ketika Ia dan murid-murid-Nya sedang hendak pergi menyendiri, berpisah dari kerumunan orang-orang. Kedua belas orang murid Yesus dan terutama Yesus, sedang dalam suasana duka dan kalut karena mendengar kabar kematian Yohanes Pembaptis. Karena itulah mereka ingin sekali menyendiri. Namun banyak orang menyadari keberadaan Yesus dan mengikuti Yesus serta murid-murid-Nya sampai hari mulai malam dan mereka merasa lapar. Beberapa murid Yesus merasa kesal karena bukan keinginan mereka untuk orang-orang tersebut mengikuti hingga mulai malam dan mereka malah kelaparan. Murid-murid Yesus merasa orang-orang ini bukanlah tanggung jawab mereka. Namun Yesus, dalam situasi kedukaan dan kesedihan, melihat orang-orang ini yang membutuhkan bantuan dan menyadari kebutuhan mereka. Ia meminta murid-murid-Nya mencari makanan bagi para orang-orang yang mengikuti tersebut. Sampai akhirnya muncullah seorang anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan. Yesus pun dengan kuasa yang diberikan Bapa kepada-Nya, melakukan mukjizat untuk melayani orang-orang tersebut dengan memberikan mereka makan. Yesus sangat menyadari bahwa kuasa yang Bapa di Surga berikan kepada-Nya bertujuan untuk melayani, walaupun ketika itu adalah saat yang bisa dianggap kurang tepat bagi Yesus.

TIDAK ADA WAKTU YANG TEPAT UNTUK MELAYANI, LAYANILAH SEKARANG!!!

Prinsip kedua dari melayani adalah SIAPA YANG KITA LAYANI AKAN MENENTUKAN MASA DEPAN KITA. Kita tidak melayani manusia yang fana dan penuh dengan ketidakpastian, kita melayani Tuhan, seorang Raja di atas segala Raja! Memang seringkali ketika kita memposisikan diri sebagai hamba, kita tidak mendapatkan pujian, reward, maupun hal-hal baik lainnya yang datang dari manusia. Hal itu adalah wajar. Tapi tetaplah beriman dan percaya bahwa Tuhan yang sebenarnya kita layani, dengan kebesaran-Nya melihat semua pelayanan kita, mengingat semua ketulusan hati kita dalam melayani, dan Ialah yang akan menentukan masa depan kita.

TUHANLAH YANG AKAN MENENTUKAN MASA DEPAN KITA JIKA KITA MENJADI HAMBA UNTUK KEBESARAN-NYA

Terdapat kisah di Perjanjian Lama yang mencatat mengenai seorang wanita bernama Ribka. Suatu ketika ia sedang menimba air di sumur dan datanglah seorang pria yang haus dan memintanya mengambilkan air untuk diminum. Ribka, yang sudah terus melatih dirinya untuk melayani, langsung menempatkan posisi sebagai hamba dan mengambilkan air untuk si pria. Dan tidak cukup hanya itu, Ribka pun langsung menawarkan untuk memberikan air minum juga untuk unta-unta dari si pria. Melihat keistimewaan dari seorang Ribka, yang memiliki hati yang tulus melayani dan dengan kerelaan hati menempatkan dirinya sebagai hamba, si pria langsung membawa Ribka untuk menjadi menantu dari Abraham, orang terkaya di jamannya.

Siapa yang kita layani menentukan masa depan kita. Hal ini bukan berarti bahwa kita hanya harus melayani orang-orang kaya, orang-orang terpandang, ataupun orang-orang yang memiliki kelebihan di mata manusia. Itu namanya menjilat. Tapi maksud dari poin ini adalah dengan mengasihi Tuhan maka kita akan memiliki roh, hati, jiwa, dan tubuh yang terlatih untuk terus melayani dan terbiasa untuk menempatkan diri sebagai hamba. Tujuan utama kita adalah penghargaan langsung dari Tuhan di Surga. Namun karena keadaan diri yang siap dan selalu terlatih untuk melayani, maka akan lebih mudah bagi Tuhan untuk mempersiapkan jalan-jalan menuju berkat bagi kita di bumi. Kesiapan kita tersebut yang akan menarik begitu banyak berkat dan kesiapan tersebut yang akan terus menjadikan kapasitas kita semakin diperbesar untuk mampu menerima berkat-berkat yang dari Tuhan di bumi tersebut.

MILIKILAH MASA DEPAN YANG LEBIH BESAR DARIPADA YANG BISA DIDAPAT DENGAN KEKUATAN SENDIRI

Yohanes 13 : 3
Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Yesus semasa hidupnya melatih dirinya sehingga Ia terus dipenuhi kesadaran bahwa Ia hidup untuk melayani Bapa dan bahwa talenta yang dimiliki-Nya di bumi adalah sebuah kuasa pemberian dari Allah. Hal tersebut berlaku juga dengan kita sebagai anak-anak Tuhan, talenta yang kita miliki hari ini semuanya adalah kuasa yang berasal dari Bapa yang diberikan secara cuma-cuma untuk kita.

Walaupun Tuhan tidak melihat perbuatan, seperti yang sudah dikatakan, namun tetap saja setiap perbuatan kita dicatat di Surga. Tuhan melihat hati, tapi perbuatan kita juga berlaku. Tidak ada alasan yang tepat untuk kita melakukan dosa. Itu adalah pilihan kita sendiri. Kemudian bukan hanya karena Tuhan member kuasa untuk melayani dan tidak melihat talenta, kita menjadi serakah atau hilang motivasi akan apa yang menjadi kelebihan kita. Kita hanya mengikui trend dan tidak fokus pada apa yang menjadi kelebihan. Semuanya dibutuhkan hikmat dan kepekaan akan suara Tuhan. J

Karena itu untuk lebih jelas, Kak Essly membagikan apa yang menjadi attributes of a servant, yaitu: HATI YANG TULUS, TANGAN YANG CAKAP, DAN ROH YANG MENYALA-NYALA. Dalam melayani, harus terdapat ketiganya. Tangan yang cakap saja tidak cukup, roh yang menyala saja tidaklah cukup, dan ketulusan hati saja tidak cukup. Begitu juga jika hanya dua dari tiga atribut tersebut yang dimiliki, pelayanan tidak akan maksimal maupun berkembang. Milikilah ketiga hal tersebut dan akan lahir kuasa dalam melayani yang semakin besar.

Dan sebagai penutup, Kak Essly memberitahu bahwa pelayanan adalah KITA BERSAMA-SAMA DENGAN TUHAN MELAKUKAN SESUATU UNTUK MEMBUAT HIDUP ORANG LAIN MENJADI LEBIH BAIK. Sudah siapkah anda melayani Tuhan hari ini? J Selamat melayani!!

No comments: