Tuesday, June 5, 2012

ECC THE BRIDGE: RELATIONSHIP


ECC THE BRIDGE: RELATIONSHIP
PELAYAN FIRMAN: KAK NALA (PS. NALA WIDYA)
3 JUNI 2012

Hai, The Bridge! It’s been so long maybe since the last post and the writer really felt sorry about that. L Tapi akhirnya saya kembali dan akan mengingatkan dulu kalian untuk menunggu acara ECC LIVE RECORDING yang akan datang! Hehe. Oya, di bawah ada post mengenai Rumah Ruth, dibaca dan dilihat videonya ya. Nah, sekarang buat yang gak sabar karena haus firman mari dibaca ya khotbah yang dibawakan Kak Nala hari Minggu kemarin. Enjoy~

Dalam kitab Kejadian yang menceritakan tentang awal mula terjadinya segala sesuatu di dunia, ketika Tuhan menciptakan Adam sebagai manusia pertama, Tuhan berkata:
“IT IS NOT GOOD THAT THE MAN SHOULD BE ALONE.”


Prinsip tersebut masih berjalan sampai masa kini di mana Tuhan tetap merasa bahwa manusia tidak boleh hidup sendirian. MANUSIA PERLU MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN MANUSIA LAIN. Seperti sudah sering kita dengar bahwa manusia adalah makhluk sosial, hal itu benar adanya. Dan membangun hubungan memang bukan sebuah perkara yang mudah. Kak Nala mengatakan bahwa membangan sebuah hubungan itu perlu dipelajari.

Rumah Ruth


Awal Oktober 2011 merupakan perjumpaan pertama saya dengan seorang bayi berusia 3 bulan bernama Gideon. Gidi, begitu ia biasa dipanggil, dititipkan oleh orang tua ke Bandung karena mereka harus ke Belanda selama 3 bulan.
Sejak saat itu, hari-hari saya mulai diisi oleh kehadiran Gidi. Tanpa saya sadari, terjalin hubungan yang kuat antara saya dengan Gidi. Matanya selalu menatap saya dengan tatapan penuh arti, seperti hendak menyampaikan sesuatu. Muncul sebuah perasaan aneh yang belum pernah saya rasakan sebelumnya saat saya melihat Gidi tidur, minum susu, mandi, serta saat saya mengendong dia.
Ke manapun saya pergi, ke kantor, ke gereja, bahkan ke tempat saya melatih atlet balap sepeda, Gidi selalu ada bersama saya. Saya jatuh cinta kepada Gidi.
Karena cinta, saya mulai mempelajari seluk-beluk bayi. Karena cinta, saya mulai mengetahui perlengkapan yang dibutuhkan sehari-hari. Karena cinta, saya sering mengunjungi toko perlengkapan bayi.
Saat Gidi berusia 4 bulan, saya membawanya ke kolam renang. Gidi sangat menyukai saat-saat kami main air bersama. Ketika Gidi berusia 5 bulan, saya mendaftarkannya bersekolah di kelas khusus infant di Tutor Time. I am so excited! Saya menikmati waktu-waktu mengantar dia ke sekolah, menemaninya bermain, memberinya susu, dan mengganti pakaiannya.
Gidi membuka dimensi baru dalam kehidupan saya. Melalui Gidi, Bapa di Surga banyak mengajar saya tentang Hati Bapa. Melalui Gidi, saya jadi lebih memahami apa arti mengasihi dan dikasihi.
22 Januari 2012, tibalah hari yang paling saya takuti. Orang tuanya datang menjemput. Hari itu, Gidi meninggalkan Bandung. Hati saya rasanya hancur berkeping-keping. Percaya atau tidak, saya menangis setiap malam karena merindukannya.
Suatu pagi, ketika saya sedang sangat merindukan Gidi seraya memandangi fotonya yang ada di meja kantor, tiba-tiba Roh Kudus berbicara, “Tahukah kamu bahwa ada ribuan bayi, yang tidak seberuntung Gidi, yang membutuhkan kasih sayang?” Saya teringat akan Rumah Ruth, rumah penampungan bagi wanita hamil serta bayi yang membutuhkan perlindungan dan pemulihan. Rumah Ruth merawat para wanita tersebut, sejak bayi mereka masih dalam kandungan sampai bayi mereka dilahirkan.
Tanpa menunda-nunda, saya segera berangkat ke Rumah Ruth. Di sana, saya melihat keadaan mereka yang sangat memprihatinkan. Para ibu dan bayi tinggal dengan fasilitas seadanya. Semua kebutuhan untuk bayi dan ibunya harus dihemat agar mereka bisa bertahan sampai akhir bulan. Hati saya tergetar. Rumah Ruth benar-benar membutuhkan bantuan.
GEIS-ECC telah membantu rumah ini sejak tahun 2011. Akan tetapi, sejak kunjungan saya di bulan April 2012, saya digerakkan untuk melipatgandakan bantuan untuk Rumah Ruth. Akhirnya, saya membagikan hal ini kepada para pemimpin dan mereka sepakat GEIS-ECC akan mengadopsi Rumah Ruth. GEIS-ECC akan mengusahakan agar semua kebutuhan Rumah Ruth terpenuhi mengingat jumlah bayi dan ibu yang menghuninya terus bertambah.
Di mana dosa merajarela, biarlah kasih karunia Tuhan berlimpah-limpah. Mari menjadi penyalur kasih Yesus sebagai orang yang “Mampu” dan “Mau”. Mampu: kita bisa membantu (daya-dana). Mau: kita bergerak, melangkah, bertindak.
Terima kasih Gidi, kamu telah menjadi alat Tuhan yang membuka mata saya tentang keadaan generasimu: pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Melaluimu, banyak bayi akan diberkati
Bandung 11 April 2012
Ps. Nala Widya